Sabtu, 12 Oktober 2019

Arsitektur dan Perkembangan ( Green Arsitektur)


Hasil gambar untuk logo gunadarma hd

ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN
ARSITEKTUR HIJAU

Dosen : Rina Widayanti








Disusun oleh :
2 TB 05
Muhammad Fitrah Lutfiansyah                      24318639







ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCENAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2019

 


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Arsitektur Dan Lingkungan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalahini mampu memberikan manfaat dan mampu memberikan nilai tambah kepada para pemakainya.
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh kaarena itu, kritik dan saran sekecil apapun akan kami perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa yang akan datang.


Depok, 10 Oktober 2019


Muhammad Fitrah Lutfiansyah

























BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Zaman yang sudah modern seperti saat ini, banyak sekali fasilitas yang sudah memadai. Dengan adanya kebutuhan yang serba instant, membuat orang semakin malas untuk melakukan sesuatu secara konvensional.
Kebutuhan papan yang sekarang menjadi kebutuhan capital bagi setiap orang membuat bidang properti menjadi meningkat. Hal ini dapat mempengaruhi percepatan arus urbanisasi dan dampak social yang terjadi. Mereka yang belum memiliki tempat tinggal secara permanen, telah membentuk lingkungan yang kumuh. Selain itu, pemanfaataan sumber daya alam yang sudah tidak diperhitungkan lagi seberapa besar dampak yang akan terjadi, menambah kerusakan pada alam ini.
Banyak sekali dampak yang terjadi dari pemanfaatan alam yang tidak dimanfaatkan secara sebaik-baiknya. Akhir-akhir ini telah kita rasakan dampak yang terjadi akibat pengaruh dari kerusakan alam ini. Sekarang, ruang hijau menjadi semakin berkurang, dan resapan air juga semakin berkurang sehingga menyebabkan terjadinya banjir.
Lingkungan yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, makhluk hidup, dan perilakunya. Mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.Akan tercemar oleh zat, energi dan komponen lainnya yang mengakibatkan lingkungan dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya. Fakta akibat pemanasan global mendorong lahirnya suatu pemikiran berbagai inovasi produk industri dalam dunia arsitektur.Inovasi produk industri tersebut terus berkembang dan perkembangan tersebut selanjutnya memunculkan berbagai pemikiranpenting tentang konsep-konsep pembangunan, salah satu konsep pembangunan yang dipopulerkan adalah konseparsitektur hijau.
Konsep arsitektur hijau menekan peningkatan efisien dalam pengunaan air, energi, dan material bangunan mulai dari desain building interior, dan proses pembangunan, bahkan sampai dengan pemeliharaan bangunan. Dengan menerapkan konsep arsitektur hijau, desain penerapan bangunan akan memperhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Dengan demikian bangunan akan sedikit mungkin menggunakan penerangan buatan dengan penghawaan buatanlampu dan pada siang haribahkan malam hari.Salah satu langkah positif dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta nomor 38 tahun 2012 adalah penerapan konsep hemat energi ramah lingkungan dalam bangunan gedung. Sejumlah standar yang dikeluarkan oleh sejumlah institusi, baik pemerintah maupun swasta beberapa negara maju, mengisyaratkan sejumlah kriteria yang harus dipenuhi oleh karya arsitektur agar masuk kedalam kategori hijau. Sesuai dengan formulasi arsitektur hijau, kriteria yang disyaratkan secara umum terkait dengan aspek –aspek penghematan energi, penghematan air, pengunaan material terbarukan, dan meterial bekas. Selain itupencapaian kualitas lingkungan dalam bangunan yang memberikan kenyamanan dan kesehatan bagi penguna bangunan, meminimalkan limbah yang dihasilkan bangunan dengan artian limbah diharapkan dapat diolah kembali sehingga tidak ada lagi tersisa limbah dari banguanan (Tri Harsono Karyono 2010:110).
Pendapat lain dari Tri Harsono Karyono adalah tentang green architecture atau arsitekturhijau. Green Architecture atau sering disebut sebagai  Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan( Tri Harsono Karyono 2010:97 ).

  1. Rumus Masalah
a.       Apa itu Arsitektur Hijau ?
b.      Apa tujuan Arsitektur Hijau ?
c.      Apa  saja prinsip-prinsip Arsitektur Hijau
d.      Bagaimana manfaat Arsitektur Hijau ?
e.       Apa itu daur hidup bangunan ?

  1. Tujuan
a.         Untuk mengetahui Arsitektur Hijau.
b.         Untuk mengetahui tujuan Arsitektur Hijau.
c.         Untuk mengetahui prinsip-prinsip Arsitektur Hijau.
d.         Untuk mengetahui manfaat Arsitektur Hijau.
e.         Untuk mengetahui daur ulang bangunan.





  1. Metodologi

  1. Metode Perancangan Arsitektur
Terdapat dua metode perancangan yaitu metode tradisional atau disebut black box dan metode rasional atau disebut glass box. Dalam perkuliahan, dosen saya menjelaskan mengapa disebut black box dan glass box ? filosofinya kita bisa jawab dengan sederhana. Kita tahu bahwa pengertian black box adalah kotak hitam. Persepsi kita terhadap kotak hitam berarti kotak tersebut gelap berwarna hitam, tidak terlihat apa-apa. Ini menunjukkan pada arsitektur tradisional pada masa itu yang tahu bagaimana proses kreatif hasil karya hanya arsiteknya saja. sedangkan pada metode baru atau glass box persepsi kita terhadap glass box adalah sebuah kotak yang terbuat dari kaca yang bening, transparan. sehingga ini berarti bahwa pada metode perancangan arsitektur baru atau rasional suatu hasil karya dapat diketahui bagaimana proses kreatifnya.
Berikut ini disajikan poin-poin ciri dari metode perancangan tradisional dan rasional.

·         METODE TRADISIONAL (BLACK BOX)
Menciptakan perancang sebagai empu pencipta bangunan, ahli sulap atau manusia setengah dewa, yang sebuah benda atau sebuah bangunan hasil ciptaannya hanya untuk dipuji atau dicela dan tidak untuk didiskusikan. Tidak dapat dibicarakan bagaimana proses terjadi atau proses kreatifnya.
·         CIRI METODE TRADISIONAL
Hasil perancangan dikendalikan oleh masukan yang diterima terdahulu dan lebih dominan berdasarkan pengalaman. Hasil perancangan dapat dipercepat tetapi akan mengakibatkan keputusan acak untuk suatu periode tertentu. Kapasitas produksi perancang sangat relevan dengan ketersediaan waktu karena lebih banyak menggunakan imajinasi. sering merupakan lompatan pemahaman yang sulit ditransformasikan. Kontrol intelegensi mengenai struktur masalah dapat mengakibatkan kesempatan memperoleh hasil yang lebih relevan dengan masalah perancangan.
·         METODE BARU/RASIONAL (GLASS BOX)
Merupakan metode perancangan rasional Disebut sebagai kotak transparant (glass box)
Merupakan kebalikan dari metode tradisional hasil ciptaan dapat ditelusuri bagaimana proses terjadi maupun proses kreatifnya.

·         CIRI METODE RASIONAL
Tujuan, Variable dan Kriteria ditentukan dengan matang Analisis lengkap
Evaluasi bermakna dan logis Strategi ditentukan dengan matang.

  1. Sistematika Penulisan

a.         Arsitektur Hijau
Konsep ‘green architecture’ atau arsitektur hijau menjadi topik yang menarik saat ini, salah satunya karena kebutuhan untuk memberdayakan potensi site dan menghemat sumber daya alam akibat menipisnya sumber energi tak terbarukan. Berbagai pemikiran dan interpretasi arsitek bermunculuan secara berbeda-beda, yang masing-masing diakibatkan oleh persinggungan dengan kondisi profesi yang mereka hadapi. Green arsitektur ialah”sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal. Konsep arsitektur ini lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan, memiliki tingkat keselarasan yang tinggi antara strukturnya dengan lingkungan, dan penggunaan sistem utilitas yang sangat baik. 
Green architecture dipercaya sebagai desain yang baik dan bertanggung jawab, dan diharapkan digunakan di masa kini dan masa yang akan datang.Dalam jangka panjang, biaya lingkungan sama dengan biaya sosial, manfaat lingkungan sama juga dengan manfaat sosial. Persoalan energi dan lingkungan merupakan kepentingan profesional bagi arsitek yang sasarannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup.
Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan di mana mereka tinggal. Istilah keberlanjutan menjadi sangat populer ketika mantan Perdana Menteri Norwegia GH Bruntland memformulasikan pengertian Pembangunan Berkelanjutan (sustaineble development) tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.



  1. Tujuan
Ada dua tujuan utama penerapan bangunan hijau:
  1. Meminimalkan pemakaian energi dan sumberdaya, terutama yang berasal dari      sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui, misalnya bahan tambang
  2. Meminimalkan emisi (buangan) yang berasal dari proses konstruksi, pemakaian dan pembongkaran bangunan.

  1. Prinsip-prinsip
Ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi oleh sebuah bangunan agar dapat disebut sebagai bangunan hijau, yaitu:
  1. Konservasi energi Bangunan harus dibangun dengan tujuan meminimalkan kebutuhan bahan bakar untuk pengoperasian bangunan tersebut. Efisiensi energi dapat dilakukan mulai saat pembangunan/konstruksi bangunan, pemakaian atau pengoperasian bangunan, dan saat bangunan dirobohkan.
  1. Penyesuaian dengan iklim Bangunan harus dirancang sesuai dengan iklim dan sumber energi alam yang ada. Ikilim diIndonesia adalah panas lembab, sehingga bangunan harus dirancang untuk mengatasi udara panas, kelembaban dan curah hujan tinggi.
  1. Meminimalkan pemakaian sumberdaya Bangunan harus dirancang untuk mengurangi pemakaian sumberdaya, terutama yang tidak dapat diperbarui dan diakhir pemakaian bangunan dapat membentuk sumberdaya baru untuk arsitektur bangunan lain.
  1. Memperhatikan pemakai Bangunan hijau harus memberi perhatian pada keterlibatan manusia dalam pembangunan dan pemakaian bangunan. Bangunan harus memberi kenyamanan, keamanan dan kesehatan bagi penghuninya. Rancangan bangunan juga harus memperhatikan budaya dimana bangunan didirikan, dan perilaku pemakainya.
  1. Memperhatikan lahan (site) Bangunan harus “membumi”. Ada interaksi antara bangunan dan lahan. Bangunan harus dirancang dan dibangun sesuai dengan potensi lahan tempat bangunan akan didirikan.
  1. Holistik
    Bangunan hijau memerlukan pendekatan holistik (menyeluruh) dari seluruh prinsip yang ada.


  1. Manfaat
Manfaat dari adanya bangunan yang menggunakan konsep green building atau bangunan hijau.
  1. Penggunaan energi menurun
Dengan energi terbarukan serta zero carbon technology, dan penggunaan biaya yang tidak mahal. Green building mampu menghemat 42 persen penggunaan energi dari bangunan standar dengan ukuran yang sama.
2.      Mengurangi limbah air
Green building akan menemukan cara-cara inovatif yang bisa diadopsi untuk mengkonservasi air. Statistik menunjukkan bahwa penggunaan air pada bangunan hijau 34 persen lebih sedikit limbahnya daripada sebuah bangunan standar dengan ukuran sama.
3.      Melestarikan sumber daya alam
Dampak bangunan terhadap lingkungan sekitar akan semakin berkurang khususnya dampak negatif. Hal itu dikarenakan bangunan menggunakan teknologi dan material terbarukan.  
4.      Meminimalisir limbah dan daur ulang limbah
Limbah akan diminimalisir melalui penggunaan bahan tahan lama serta sistem daur ulang. Ini akan membuat limbah lebih sedikit.
5.      Meningkatkan produktivitas karyawan
Produktivitas karyawan di sebuah green building komersil dapat meningkatkan sekira 15 persen produktivitas.












BAB II
TINJAUAN SUMBER PUSTAKA

  1. Teori Green Arsitektur

Arsitektur hijau atau yang dikenal secara global dengan sebutan green architecture merupakan salah satu aliran arsitektur yang berfokus pada arsitektur yang ramah lingkungan.   Beberapa poin pentingnya seperti meminimalisasi konsumsi sumber daya alam, efisiensi energi, penggunaan air yang bijak dan berkelanjutan, dan material non polusi serta daur ulang.

Konsep Arsitektur HIjau

Arsitektur hijau juga merupakan suatu pendekatan perencanaan pembangunan yang bertujuan untuk meminimalisasi kerusakan alam dan lingkungan di tempat bangunan itu berdiri. Dalam istilah arsitektur hijau kemudian berkembang berbagai istilah penting seperti pembangunan yang berkelanjutan atau yang dikenal dengan sustainable development.  Istilah ini dipopulerkan pada tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan orang-orang masa kini tanpa harus mengorbankan sumber daya alam yang harus diwariskan kepada generasi mendatang. Hal ini diucapkan oleh Perdana Menteri Norwegia Bruntland.

Prinsip Arsitektur Hijau


Pada tahun 1994 the one arsitektur hijau Amerika atau U.S. Green building Council  mengeluarkan sebuah standar yang bernama Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) standards.  Adapun Dasar kualifikasinya adalah sebagai berikut :

1. Pembangunan yang berkelanjutan

Diusahakan menggunakan kembali bangunan yang ada dan dengan pelestarian lingkungan sekitar.  Tersedianya tempat penampungan tanah, Taman diatas atap, penanaman pohon sekitar bangunan juga dianjurkan

2. Pelestarian air

Dilakukan dengan berbagai cara termasuk diantaranya pembersihan dan daur ulang air bekas serta pemasangan bangunan penampung air hujan.  Selain itu penggunaan dan persediaan air harus juga di pantai secara berkelanjutan

3. Peningkatan efisiensi energi

Dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya  membuat layout dengan orientasi bangunan yang mampu beradaptasi dengan perubahan musim terutama posisi matahari.

4. Bahan bangunan terbarukan

Material terbaik untuk arsitektur hijau adalah usahakan menggunakan bahan daur ulang atau bisa juga dengan menggunakan bahan terbarukan sehingga membutuhkan sedikit energi untuk diproduksi. Bahan bangunan ini idealnya adalah bahan bangunan lokal dan bebas dari bahan kimia berbahaya.  Sifat bahan bangunan yang baik dalam arsitektur hijau adalah bahan mentah tanpa polusi yang dapat bertahan lama dan juga bisa didaur ulang kembali.

5. Kualitas lingkungan dan ruangan

Dalam ruangan diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi bagaimana pengguna merasa dalam sebuah ruangan itu. Hal ini seperti penilaian terhadap kenyamanan dalam sebuah ruang yang meliputi ventilasi, pengendalian suhu, dan penggunaan bahan yang tidak mengeluarkan gas beracun.

Sementara Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design fo Sustainable Future mengungkapkan bahwa Arsitektur Hijau memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Conserving Energy (Hemat Energi)

Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:
  • Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.
  • Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
  • Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
  • Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
  • Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
  • Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
  • Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.

2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)

Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:
  • Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
  • Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
  • Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
  • Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.

3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)

Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
  • Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
  • Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
  • Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.

4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)

Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.


5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)

Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.

6. Holistic

Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secara parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.

Sumber Energi Alternatif

Bayar bangunan yang menggunakan sumber energi regional seperti jaringan listrik PLN.  Namun Alangkah baiknya apabila sebuah bangunan dapat memenuhi kebutuhan energinya sendiri tanpa harus bergantung kepada sumber energi regional tersebut. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan sumber energi alternatif seperti misalnya angin dan tenaga surya.  Kedua energi ini adalah sumber energi yang sejatinya sangat melimpah di alam dan cukup mudah dikonversi menjadi energi.

Arsitektur hijau di rumah

Penerapan arsitektur hijau yang paling mungkin dan mudah adalah pada bangunan hunian seperti rumah.  Cara yang sederhana adalah pada desain yang dapat memadukan ruang luar dan ruang dalam.  Misalnya ruang keluarga atau ruang makan yang dihubungkan dengan taman belakang.  Selain dapat meningkatkan estetika hal ini juga dapat menambah efisiensi energi serta mengurangi kesan bangunan yang jenuh.

Contoh Rumah dengan Arsitektur Hijau
Arsitektur hijau menekankan bahwa dekorasi dan perabotan di dalam sebuah rumah tidak perlu berlebihan.  Hal ini juga dimaksudkan hal ini juga dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan furniture yang tidak diperlukan. Saniter yang lebih baik, Dapur yang bersih, desain hemat energi, pengolahan air yang benar,  luas dan jumlah ruang yang sesuai kebutuhan,  serta ketersediaan ruang hijau.

Contoh Arsitektur Hijau


Hingga saat ini telah banyak bangunan yang menggunakan prinsip arsitektur hijau terutama di negara-negara maju. Kali ini kita mengambil contoh sebuah universitas di Singapura.

Nanyang Technological University Singapura


Berkat adanya dukungan dari pemerintah, bangunan-bangunan yang bergaya arsitektur hijau di Singapura bisa semakin bertambah,  salah satunya yang cukup menarik adalah Nanyang technological University yang ada di  pusat kota Singapura.
Nanyang Technological University Singapura


Bangunan ini menggunakan Fasad kaca yang dapat mengurangi dampak buruk radiasi dan panas matahari sehingga suhu ruangan terjaga namun tidak mengurangi natural view dan pencahayaan yang efektif pada bangunan.
Site Plan

Bangunan ini juga terkenal karena adanya Green roof yang melengkung di atas bangunan yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau.  Ruang ini difungsikan sebagai tempat berkumpul yang indah di tengah suasana kota yang padat.
Adaptasi dengan lingkungan sekitar


Tidak hanya itu, atap ini juga berfungsi sebagai insulasi termal dan penangkap air hujan yang kemudian digunakan untuk irigasi di area lankap bangunan. Secara desain rumput yang ditanam pada atap juga menjadi bentuk penyesuaian pola yang menyatu dengan lingkungan sekitar.

  1. Perkembangan Green Arsitektur
Penerapan konsep green dalam duniaarsitektur demi meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.
Dampak isu pemanasan global yang telah merambah ke mana-mana menyebabkan dunia tiba-tiba “mendadak green”. Di berbagai belahan dunia, kampanye menghijaukan bumi gencar dilakukan di segala aspek yang menyangkut gaya hidup. Dalam penerapannya, konsep green tidak hanya dipersepsikan dengan hal-hal yang berbau kehijauan semata, seperti ruang terbuka hijau dan lansekap pertamanan. Konsep green sejatinya merupakan konsep yang memiliki hubungan dengan isu efisiensi energi, yang pada akhirnya mengurangi daya eksploitasi terhadap alam. Green Architechtur atau yang lebih dikenal dengan arsitektur hijau merupakan tonggak awal lahirnya sebuah proses dari bangunan hijau dan konstruksi hijau. Green architechturadalahsebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.
Dalam mendesain bangunan, seorang arsitek memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan konsep sebuah bangunan hingga ke material yang digunakan. Oleh sebab itu, sebuah bangunan hijau, yang proses pembangunannya dilakukan dengan prinsip-prinsip konstruksi hijau lahir dari sebuah desain arsitektur hijau. “Penerapan green architecture sangat penting karena merupakan sikap untuk lebih menghargai lingkungan dengan cara antara lain hemat energi, hemat air dan ramah terhadap lingkungan. Beberapa bangunan yang telah menerapkan arsitektur hijau dijakarta adalah BCA Tower di bundaran HI dan gedung Pekerjaan Umum yang sedang dibangun,” ujar Chairman Organizing Board Arcasia 2012 Endy Subijono kepada Neraca.
Salah satu ciri utama dari sebuah bangunan berkelanjutan adalah kemampuannya dalam mengurangi dampak lingkungan secara signifikan. Hal ini meliputi langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon, memperkecil penggunaan sumber-sumber alam seperti air, mengurangi sisa-sisa polutan, meningkatkan penggunaan bahan-bahan daur ulang, dan mempromosikan pilihan transportasi berkelanjutan seperti penggunaan sepeda dan transportasi publik lainnya. Namun, penerapan konsep greentersebut kurang menarik di kalangan pebisnis. Pada dasarnya peralatan yang ramah lingkungan tersebut harganya tidak murah. Hal inilah yang menyebabkan para pengusaha berpikir beribu kali, nalurinya yang ingin mencari untung menyebabkan banyak hal yang harus dipertimbangkan. Misalnya pada lampu-lampu jalan sekitar gedung menggunakan lampu yang dapat menyimpan tenaga surya, begitu juga bagian dalamnya yang menggunakan lampu LED hemat energi. Peralatan-peralatan tersebut sudah tentu mahal, karena tidak seperti elektronika kebanyakan.
Berkenaan dengan hal tersebut, Endy yang juga mantan Ketua Ikatan Arsitek Indonesia mengatakan, bahwa saat ini initial cost untuk mencapai bangunan hijau masih lebih mahal daripada biaya yang lazim, tetapi pada operasional bangunan akan terlihat bahwa biaya operasional akan lebih murah. “Belum ada perbandingan (biaya operasional) di indonesia karena baru mulai diterapkan. Untuk initial cost mungkin berkisar antara 20-25% lebih mahal, tergantung seberapa banyak penggunaan teknologi hijau dan material hijau yang digunakan,” tambahnya.
Tidak hanya itu, ada beberapa kendala yang dihadapi dalam menerapkan konsep hijau di Indonesia. Hambatan bagi kemajuan dalam mencapai penerapan konsep pembangunan berkelanjutan di Indonesia adalah benturan tanggung jawab kebijakan di antara lembaga-lembaga pemerintah dalam menjalankan konsep pembangunan berkelanjutan dan tidak adanya pendekatan yang komprehensif untuk memantau perkembangan pelaksanaannya. Selain itu, kendala lain yang dihadapi dalam menerapkan konsep ini di Indonesia adalah pemahaman masyarakat yang masih kurang tentang pentingnya bangunan hijau.
Konsep green architecture ini juga akan diusung dalam Kongres Arsitek Asia mendatang. “Konsep green architecture ini juga menjadi bagian dari sub-tema architectural design, pembahasan dari aspek ramah lingkungan. Di Arcasia sendiri sudah ada green and sustainable architecture committee,” jelas Endy. Konferensi ini diselenggarakan dalam upaya Arcasia sebagai ajang pertukaran ide-ide arsitektur baru yang menggabungkan budaya dari setiap negara anggotanya untuk meningkatkan standar pembangunan pada lingkungan khususnya pada negara anggota dan juga di kawasan Asia pada umumnya.
Untuk penyelenggaraan Kongres Arsitek Asia yang ke-15 pada 2012 ini, Indonesia telah terpilih untuk menjadi tuan rumah. Bekerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) sebagai mitra penyelenggara, Kongres Arsitek Asia yang mengangkat tema pokok “Tantangan Modernisasi Perkotaan dan Warisan Arsitektur Asia” ini akan dibuka dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia. Kongres ini akan berlangsung di Bali Nusa Dua Convention Center pada 28 Oktober hingga 2 November 2012, penyelenggaraan Kongres Arsitek Asia ini merupakan sebuah kehormatan tersendiri bagi Indonesia, karena menunjukkan representasi dari eksistensi Indonesia dalam dunia arsitektur Asia, dan selain itu merupakan kesempatan yang sangat baik sebagai ajang promosi budaya arsitektur Indonesia, khususnya arsitektur Bali yang sangat unik kepada dunia.



































BAB III
STUDY KASUS

Konsep Green Building pada Bangunan Kantor (Studi Kasus : Spasio Office,Surabaya)

Abstract

Surabaya merupakan kota yang ditunjuk oleh pemerintah pusat sebagai kota percontohan dalam menggalakkan konsep kota hijau & telah mendapatkan penghargaan pada Indonesia Green Awards 2016. Salah satu bangunan bertingkat di Surabaya yang sedang menggalakkan konsep green building adalah Spazio. Spazio adalah bangunan dengan fungsi perkantoran, berlokasi di Jalan Mayjend Yono Soewoyo Kav. 3, Graha Famili Surabaya, Indonesia. Adanya evaluasi serta kajian berkaitan dengan penerapan konsep bangunan hijau, bertujuan agar tema green ini tidak hanya dijadikan sebagai label dari bangunan saja namun terdapat wujud nyata yang diterapkan. Selain itu diperlukan analisa penerapan green building yang telah sesuai dengan Green Building Council Indonesia (GBCI). Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan pendekatan metode deskriptif analisis dan evaluatif. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi kondisi eksisting pada Spazio dengan menganalisa penerapan konsep hijau pada Spazio Office, yang berpedoman pada greenship Existing Building versi 1.1, dari GBCI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa objek studi tergolong dalam bangunan hijau dengan peringkat Silver, dengan perolehan poin sebesar 53 poin dari 117 poin. Setelah ditambahkan rekomendasi baik arsitektural dan non arsitektural pada Gedung Spazio, berhasil mendapatkan peringkat Platinum dengan total 82 poin











BAB IV
KESIMPULAN

Green Arsitektur adalah arsitektur yang ramah dan memperhatikan lingkungan. Hal ini bisa terlihat antara lain dengan meminimalisasikan penggunaan lampu disaat siang hari karena penataan bangun dimungkinkan untuk menerima cahaya dari luar secara maksimal. Penggunaan AC juga dapat ditekan karena udara akan dimaksimalkan masuk sehingga tidak dibutuhkan AC untuk mendinginkan ruangan. Tapi yang harus dipahami juga adalah penyediaan taman yang berguna untuk penyerapan air hujan, karena ruang serap di jakarta sudah sangat sedikit, hal ini disadari atau tidak air bersih akan menjadi barang yang amat teramat mahal.

  1. Contoh Penerapan Green Arsitektur

Dengan melakukan konservasi energi, yaitu diantaranya:

• Membatasi penggunaan air, contohnya : pada toilet menggunakan urinoar, tidak menggunakan bak air.

• Pengurangan penggunaan lampu, contohnya : memaksimalkan bukaan pada bangunan, void pada atap bangunan.

• Efisiensi energi pada bangunan, contohnya : tidak menggunakan AC, memperbanyak ventilasi alami seperti ventilasi silang, mengurangi panas pada beberapa bangunan, dan penggunaan Green roof. Bekerja sama dengan iklim dan lingkungan sekitar.

• Memanfaatkan orientasi bangunan terhadap arah peredaran matahari (mengurangi radiasi panas)

• Memanfaatkan bayangan pada desain sebagai peneduh.

•Memasukkan cahaya alami pada bangunan.

• Memanfaatkan air hujan untuk menyiram tanaman sekitar menghormati lingkungan.

• Berusaha memperbanyak daerah resapan air, misalnya dengan menggunakan material paving block untuk tempat parkir, jalur pedestrian, dsb.

• Mengurangi lantai bangunan yang menempel langsung ke tanah.

• Vegetasi dimanfaatkan semaksimal mungkin.

• Memanfaatkan pohon peneduh untuk menciptakan suasana teduh dan sejuk serta tidak berkesan panas meminimalisir pengguanaan sumber daya baru Penggunaan bahan yang sustainable, seperti : bamboo.

• Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa bekisting dapat digunakan untuk bagian lain bangunan.

• Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama atau sisa-sisa bekisting.

• Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang semakin jarang seperti kayu.

2.    Prinsip Arsitektur Hijau


Pada tahun 1994 the one arsitektur hijau Amerika atau U.S. Green building Council  mengeluarkan sebuah standar yang bernama Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) standards.  Adapun Dasar kualifikasinya adalah sebagai berikut :

1. Pembangunan yang berkelanjutan 

Diusahakan menggunakan kembali bangunan yang ada dan dengan pelestarian lingkungan sekitar.  Tersedianya tempat penampungan tanah, Taman diatas atap, penanaman pohon sekitar bangunan juga dianjurkan

2. Pelestarian air 

Dilakukan dengan berbagai cara termasuk diantaranya pembersihan dan daur ulang air bekas serta pemasangan bangunan penampung air hujan.  Selain itu penggunaan dan persediaan air harus juga di pantai secara berkelanjutan

3. Peningkatan efisiensi energi

Dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya  membuat layout dengan orientasi bangunan yang mampu beradaptasi dengan perubahan musim terutama posisi matahari.

4. Bahan bangunan terbarukan

Material terbaik untuk arsitektur hijau adalah usahakan menggunakan bahan daur ulang atau bisa juga dengan menggunakan bahan terbarukan sehingga membutuhkan sedikit energi untuk diproduksi. Bahan bangunan ini idealnya adalah bahan bangunan lokal dan bebas dari bahan kimia berbahaya.  Sifat bahan bangunan yang baik dalam arsitektur hijau adalah bahan mentah tanpa polusi yang dapat bertahan lama dan juga bisa didaur ulang kembali.

5. Kualitas lingkungan dan ruangan

Dalam ruangan diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi bagaimana pengguna merasa dalam sebuah ruangan itu. Hal ini seperti penilaian terhadap kenyamanan dalam sebuah ruang yang meliputi ventilasi, pengendalian suhu, dan penggunaan bahan yang tidak mengeluarkan gas beracun.

  1. Manfaat
Manfaat dari adanya bangunan yang menggunakan konsep green building atau bangunan hijau.
  • Penggunaan energi menurun
Dengan energi terbarukan serta zero carbon technology, dan penggunaan biaya yang tidak mahal. Green building mampu menghemat 42 persen penggunaan energi dari bangunan standar dengan ukuran yang sama.
·         Mengurangi limbah air
Green building akan menemukan cara-cara inovatif yang bisa diadopsi untuk mengkonservasi air. Statistik menunjukkan bahwa penggunaan air pada bangunan hijau 34 persen lebih sedikit limbahnya daripada sebuah bangunan standar dengan ukuran sama.
·         Melestarikan sumber daya alam
Dampak bangunan terhadap lingkungan sekitar akan semakin berkurang khususnya dampak negatif. Hal itu dikarenakan bangunan menggunakan teknologi dan material terbarukan.  
·         Meminimalisir limbah dan daur ulang limbah
Limbah akan diminimalisir melalui penggunaan bahan tahan lama serta sistem daur ulang. Ini akan membuat limbah lebih sedikit.
·         Meningkatkan produktivitas karyawan
Produktivitas karyawan di sebuah green building komersil dapat meningkatkan sekira 15 persen produktivitas.








Daftar Pustaka

https://www.arsitur.com/2017/09/pengertian-green-architecture-prinsip.html